Kamis, 24 November 2011

AKHIR DARI KAPITALISME AKHIR DARI DUNIA


Pada era globalisai saat ini, meskipun perang dingin sudah usai, tapi pengaruh ideologi masih tetap saja kuat. Kekalahan ideologi sosialisme dengan ditunjukan oleh hancurnya tembok berlin. Meskipun ideologi sosialisme mencoba untuk bangkit kembali, yang ada adalah kapitalisme semakin kuat untuk mempertahankan pahamnya. Terlebih lagi negara-negara yang berpaham ideologi kapitalisme adalah negara-negara besar dan adikuasa. Negara-negara tersebut juga semakin menekan dan mempengaruhi negara lain untuk berideologi kapitalisme agar kekuatan kapitalisme semakin besar. Dengan begitu kapitalisme akan tetap bertahan sampai negara yang memakai ideologi tersebut hancur.
Banyak kalangan menilai, kapitalisme merusak sendi-sendi demokrasi. Sifat inilah yang tampak nyata pada pemikiran rakyat kecil, karena ekspansi kapital besar-besaran. Ekspansi kapital kerap kali menjerat aparat negara atau pejabat publik melalui mekanisme penyuapan atau korupsi. Korupsi yang dilakukan pemodal dilakukan dengan cara membeli aturan atau kerangka hukum lainnya untuk menggolkan kepentingan bisnis.
Kerja sama yang merugikan negara antara pejabat publik dan pemodal inilah yang kerap merusak sendi-sendi demokrasi. Dikatakan merusak karena pejabat publik bukan lagi melayani kepentingan publik, tetapi hanya melayani kepentingan pemodal. Akibatnya, rakyat memandang kapitalisme atau yang kerap dengan sebutan ekonomi pasar itu buruk dan merasa psimis dengan sistem demokrasi yang telah dijalankan sekarang ini.
Pihak-pihak yang merasa apatis dengan demokrasi kerap membanding-bandingkan dengan perekembangan di belahan dunia lain, seperti Cina. Rakyat di negara Cina hidup sejahtera. Pihak-pihak yang apatis ini kerap bertanya, mengapa di negara seperti cina yang menganut sistem komunisme, rakyat bisa hidup sejahtera? Lalu bagaimana dengan negara-negara yang demokrasinya sangat maju tetapi rakyatnya tetap menjadi pihak yang tidak beruntung seperti Indonesia!
Jika boleh dikatakan sebenarnya mengapa kapitalisme bisa membawa kemajuan yang sangat besar kepada negara yang menganutnya karena Kapitalisme sendiri bisa diartikan sebagai suatu ideologi atau paham yang percaya bahwa modal merupakan sumber utama untuk dapat menjalankan sistem perekonomian di suatu negara. Dengan demikian, semua proses dalam kehidupan manusia bersumber pada pengelolaan modal, baik itu modal milik perseorangan, milik sekelompok masyarakat, maupun milik perusahaan-perusahaan swasta. Artinya, semua aktivitas dalam kehidupan ekonomi membutuhkan modal. Pemillik modal, dalam mengelola sumber-sumber ekonomi itu bertujuan untuk mengakselerasi perkembangan modalnya dengan cara berusaha seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan maksimal. Kapitalisme yang semacam ini didukung oleh salah satu tokoh ekonomi yakni Adam Smith yang dikenal dengan teorinya The Wealth of Nations. Di mana, dengan berpijak pada teori tersebut dia berkeyakinan bahwa kemakmuran di sektor ekonomi akan tercapai jika ada kebebasan dalam melakukan kegiatan usaha. Artinya bebas dari campur tangan negara baik secara administratif maupun politis. Selanjutnya, ideologi kapitalisme terus tumbuh dan berkembang dan selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman, antara lain dilakukan oleh W.W. Rostow dengan teorinya The Five Stage Scheme,  Harrod-Domar dengan teorinya Tabungan dan Investasi, Mc Clelland dengan teorinya The Need for Achievement, Reagan dan Tacher dengan teorinya Neo-Liberalisme atau Globalisasi Pasar Bebas atau teori Kedalualatan Pasar Bebas.
Ada beberapa alasan mengapa ideologi kapitalisme bisa bertahan sampai sekarang dan bisa mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan dunia, yaitu sebagai berikut  :
1.      Perencanaan Ekonomi
Kebutuhan nyata negara harus dimulai dari kapital besar. Ketika berbicara mengenai sebuah percepatan dalam ritme pembaruan kapital tetap, kecenderungan sebuah negara hanya dapat merujuk pada kebutuhan penggantian pengeluaran investasi yang terus meluas dalam periode waktu dimana terus menjadi lebih singkat. Tentu saja penggantian tersebut harus direncanakan dan diperhitungkan dengan cara yang sebisa mungkin akurat, agar menjaga ekonomi dari fluktuasi jangka pendek, yang mengandung bahaya menciptakan kekacauan luar biasa dalam perusahaan yang beroperasi menggunakan biaya yang sangat besar. Fakta pokok tersebut adalah penyebab pemrograman ekonomi kapitalis untuk menuju sebuah ekonomi terencana.
Fenomena lain yang muncul secara langsung berasal dari dalam perusahaan kapitalis itu sendiri, dimana kompleksitas yang selalu meningkat dari proses produktif berakibat meningkatnya usaha perencanaan yang tepat dalam rangka agar perusahaan-perusahaan kapitalis tersebut berfungsi secara keseluruhan. Pemrograman kapitalis adalah, dalam analisa terakhir, tidak lebih dari perluasan, atau lebih tepatnya, koordinasi pada tingkat nasional mengenai apa yang telah terjadi pada tingkat perusahaan-perusahaan kapitalis besar atau kelompok-kelompok kapitalis seperti trust atau kartel yang mencakup sebuah kelompok perusahaan.
Perencanaan tersebut secara esensial berbeda dalam sifat dari perencanaan sosialis. Perencanaan tersebut tidak terutama berkaitan dengan menyusun serangkaian tujuan dalam gambaran produksi dan memastikan pencapaian dari tujuan-tujuan tersebut. Kepentingan utamanya adalah dengan mengkoordinasikan rencana investasi yang telah dibuat oleh firma-firma swasta dan dengan mempengaruhi kebutuhan koordinasi tersebut dengan mengajukan tujuan-tujuan tertentu yang dianggap memiliki prioritas pada tingkat pemerintahan. Hal tersebut tentu saja tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kepentingan umum klas borjuis. Meskipun begitu tujuan-tujuan tersebut haruslah identik dengan pemrograman ekonomi dari negeri-negeri kapitalis lainnya. Dalam esensi, aktivitas komisi perencanaan, biro perencanaan, biro program, terdiri dari perwakilan konsultasi berbagai kelompok pengusaha, meneliti proyek investasi mereka dan ramalan pasar, dan mengharmoniskan antara ramalan berbagai sektor, dan berusaha keras untuk menghindari kemacetan dan duplikasi.
Konfrontasi dan koordinasi dari keputusan-keputusan firma-firma tersebut, lebih lagi, sangat berguna bagi pengusaha kapitalis. Hal tersebut menyusun semacam pendapat mengenai pasar dalam skala nasional dan dalam jangka panjang, sesuatu yang sangat sulit dicapai dengan teknik hari ini. Tetapi dasar untuk semua penelitian tersebut, semua perhitungan tersebut, masih tetap gambaran yang diajukan sebagai ramalan oleh para pengusaha.
Akibatnya terdapat dua aspek ciri pokok dari jenis pemrograman atau perencanaan indikatif ini. Disatu sisi, hal tersebut secara sempit terpusat pada kepentingan para pengusaha yang merupakan elemen awal dalam perhitungan. Dan ketika dikatakan pengusaha, maka tidak bermaksud semua pengusaha, tetapi lebih merupakan lapisan dominan dari klas borjuis, yaitu para monopolis dan pemilik trust-trust. Pada tingkatan bahwa konflik kepentingan antara monopolis-monopolis kuat kadang kala dapat terjadi, dimana pemerintah memainkan peran tertentu sebagai wasit antara kelompok-kelompok kapitalis. Hal tersebut, dalam beberapa hal, sebuah dewan administratif dari klas borjuis yang bertindak atas nama seluruh pemegang saham, seluruh anggota klas borjuis, tetapi dalam kepentingan kelompok yang dominan ketimbang kepentingan demokrasi dan jumlah yang mayoritas.
Disisi yang lainnya, ada ketidakpastian yang terdapat pada dasar dari semua perhitungan tersebut, sebuah ketidakpastian yang muncul dari fakta bahwa pemrograman tersebut berdasarkan murni pada ramalan dan dari fakta tambahan bahwa pemerintah tidak memiliki cara untuk menjalankan pemrograman semacam itu. Sesungguhnya, demikian juga dengan kepentingan swasta tidak memiliki jalan apapun untuk memastikan pemenuhan ramalah mereka.
Aspek yang lain dari ekonomi terencana tersebut, yang memberikannya sebuah karakter yang terutama sekali berbahaya berkaitan dengan gerakan klas pekerja. Adalah ide bahwa program sosial atau kebijakan pendapatan selengkapnya ada dalam pemrograman ekonomi. Dimungkinkan untuk menjamin stabilitas trust-trust dalam pengeluaran dan pendapatan mereka selama periode lima tahun, waktu yang dibutuhkan untuk mengganti peralatan baru mereka, tanpa secara bersamaan menjamin stabilitas pengeluaran upah mereka. Adalah tidak mungkin untuk merencanakan biaya jika biaya kerja tidak dapat direncanakan pada saat yang sama, yaitu jika peningkatan upah tidak dapat diantisipasi dan ditahan.
2.      Adanya Intervensi Pemerintah dalam Menjamin atau Melindungi
Sifat alami dari kapitalisme, dari pertumbuhan intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi semakin lama akan semakin membuat sistem kapitalis menyerahkan otomatisme ekonominya sendiri menjalankan resiko melenyap dengan cepat, dan semakin meningkat negara jadinya sebagai penjamin keuntungan kapitalis, penjamin keuntungan bagi lapisan monopolistik berkuasa dari borjuasi. Negara menjamin hal tersebut dalam langkah-langkah bahwa negara mengurangi luas siklus fluktuasi. Negara menjamin hal tersebut dengan tata tertib negara, militer atau paramiliter, menjadi semakin penting. Negara menjamin hal tersebut juga dengan teknik ad hoc yang membuat kemunculan mereka tepat sekali didalam kerangka kerja ekonomi terencana. Mereka merupakan jaminan tegas dari keuntungan untuk membenarkan disekuilibrium tertentu dalam pembangunan, entah regional dalam karakter atau antara cabang-cabang industri.
3.      Daya Adaptasi dan Transformasi Kapitalisme yang Sangat Tinggi
Kapitalisme mampu menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya. Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran kritis (reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara memberikan kebaikan hati kepada kaum buruh dengan konsep "welfare state". Pada gilirannya, kaum kapitalis memperoleh persetujuan (consent) untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut Gramsci sebagai hegemoni ekonomi, politik, budaya atau seperti yang disebutkan Heilbroner bahwa rezim kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan memunculkan patriotisme ekonomik.
4.      Tingginya Kemampuan Adaptasi Kapitalisme Dapat Dilacak Kepada Waktu Inheren Pada Hakekat Kapitalisme
Dorongan untuk berkuasa dan perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter Berger dalam Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi dunia berada dalam genggaman kapitalisme.
5.      Kreativitas Budaya Kapitalisme dan Kapasitasnya Menyerap Ide-Ide Serta Toleransi Terhadap Berbagai Pemikiran.
Menurut Rand, kebebasan dan hak individu memberi ruang gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya keberlangsungan hidup dan kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard Murchland dalam Humanisme dan Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh harapan bahwa kapitalisme demokratis adalah humanisme yang dapat menyelamatkan peradaban manusia di masa depan.

Kebebasan individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu memungkinkan individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain. Rand menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand merupakan aplikasi sosial dan pandangan epistemologisnya yang natural mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the invisible hand" dari Smith, pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa berkembang dan selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional.
Kapital tidak hanya dalam kategori hal-hal yang material berupa barang atau uang. Jika kapital hanya berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna membeli material dan kerja, maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban. kapital yang merupakan faktor yang menggerakkan suatu proses transformasi berlanjut atas kapital sebagai uang menjadi kapital sebagai komoditi, diikuti oleh suatu transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi kapital sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-C-M seperti yang diperkenalkan Marx.
Proses yang berulang dan ekspansif ini memang diarahkan untuk membuat barang-barang dan jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan produksi. Eksistensi fisik benda dan jasa itu merupakan suatu rintangan yang harus diatasi dengan mengubah komoditi menjadi uang kembali. Bahkan kalau hal itu terjadi, bila sudah terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak dianggap sebagai produk akhir dari pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam lingkaran yang tak berakhir.
Kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya yang berkelanjutnya. Kapital adalah suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang mengambil bentuk fisik, tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang meluas.
Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sendiri dan menjadi tujuan pertukaran.
Gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti hubungan itu, yaitu dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama, ketergantungan sosial kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa ketergantungan itu kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.
Dengan demikian, hakekat kapitalisme adalah dorongan tiada henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital sebagai sublimasi dorongan bawah sadar manusia untuk merealisasi diri, mendominasi, berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati diri manusia, maka kapitalisme lebih merupakan salah satu modus eksistensi manusia. Mungkin inilah sebabnya mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi hegemoni peradaban global
Jika dikembangkan lebih lanjut secara filosofis, dapat disimpulkan bahwa kapitalisme lebih daripada sekedar sistem ekonomi atau sistem sosial. Sebagai peradaban, kapitalisme dapat dikatakan sebagai suatu cara berada manusia, suatu modus eksistensi. Seorang kapitalis adalah orang yang melalui harta kekayaannya ia mewujudkan diri, menyingkap eksistensi diri. Ia mengaktualkan dirinya dengan dan untuk kapital. Dengan kapital, ia berharap memperoleh kekuasaan dan dominasi. Memiliki kapital berarti menguasai dunia. Sains, teknologi, seni, dan agama menjadi subordinasi dan pelayan atau pelegitimasi kapital. Itulah modus eksistensi kapitalisme.
Atas dasar pemikiran di atas, dapat memahami mengapa ideologi-ideologi seperti sosialisme, Marxisme, komunisme, humanisme, dan bahkan eksistensialisme-sekuler gagal menghadapi kapitalisme. Kaum sosialis telah gagal memahami kapitalisme sebagai modus eksistensi. Ini dimulai dari Karl Marx sendiri yang melihat kapital hanya sebagai cara produksi (modus produksi), konsep sentral yang digunakannya dalam Das Kapital. Akibatnya, banyak analiss dan ramalan Marx yang melenceng. Bahkan sosialisme akhirnya terkooptasi oleh kapitalisme. Konsep "welfare state" yang diterapkan di negara kapitalis adalah salah satu contoh upaya adaptasi kapitalisme merangkul semangat sosialisme ke dalam pangkuannya. Ideologi-ideologi sekuler dunia lainnya sekarang ini hanyalah ibarat anak-anak kapitalisme atau subordinasi kapitalisme global, kapitalisme konsumeris.
Kaum Mazhab Frankfurt sebagai pewaris semangat kritisi sosial Marx yang pada mulanya mencanangkan proyek pembebasan masyarakat dari hegemoni kapitalisme akhirnya juga jatuh kepada pesimisme. Mereka seakan-akan tidak melihat lagi adanya peluang untuk menciptakan dunia alternatif selain dunia ciptaan kapital. Mereka menganggap manusia modern telah kehilangan rasionalitas dan kesadaran kritis. Kini mereka seakan tak mampu lagi bersuara lantang menentang kapitalisme sebagaimana pendahulu mereka, katakanlah misalnya Herbert Marcuse yang menulis One Dimensional Man. Para pendukung teori kritis inipun seakan tidak bereaksi ketika Perter Berger, seorang pembela kapitalisme, dengan arogan mengatakan sosialisme adalah mitos, sedang kapitalisme adalah masa depan manusia.
Tapi yang perlu diketahui adalah sebenarnya kapitalisme hanya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, sehingga apabila kapitalisme dibiarkan tetap menjadi ideologi yang paling dominan di dunia, maka orang yang kaya akan semakin kaya. Sedangkan rakyat kecil akan semakin sengsara. Dalam buku The Clash of Civilization, Samuel P. Huntington mengungkapkan bagi kalangan umat Islam, kebangkitan keagamaan merupakan fenomena yang melanda masyarakat urban yang berwawasan modern, sangat berpendidikan, memiliki karir dalam berbagai profesi, baik dalam pemerintahan maupun dunia bisnis. Dari pemahaman inilah, kemudian kebangkitan keagamaan yang terjadi pada masyarakat urban tersebut menciptakan pertentangan terhadap sistem ekonomi yang sekarang ada. Mereka menganggap, sistem ekonomi sekarang telah banyak menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan.
Untuk mencapai suatu kesejahteraan bagi semua kalangan perlu menggunakan ekonomi Islam sebenarnya solusi dan alternatif yang kini ada. Pada akhir dekade 1990-an sampai sekarang, muncul banyak lembaga, perangkat/instrumen, sampai dengan regulasi yang mendukung perkembangan sistem ekonomi Islam tersebut. Di Indonesia, kita dapat melihat sendiri keberadaan nyata ekonomi Islam sejak 1992, yaitu kemunculan Bank non-riba pertama kali, sampai kemudian disusul munculnya banyak bank-bank yang menggunakan prinsip Islam lainnya (bank syariah) di awal dekade 2000. Di sisi perangkat, Bank Indonesia (BI) kemudian membentuk Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) yang memayungi perbankan syariah di Indonesia.
Bahkan, bank-bank berskala internasional dan negara-negara yang notabene penduduknya mayoritas nonMuslim pun banyak yang melirik sistem keuangan baru, yang merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam.

Senin, 21 November 2011

KETAHANAN PANGAN BURUK MENJADIKAN NEGARA INDONESIA SEBAGAI NEGARA PENGIMPOR BERAS


Sebagai bangsa besar yang dikenal sebagai negara agraris, swasembada beras merupakan sebuah kewajiban untuk diwujudkan tanpa boleh ditawar lagi. Selama ini Indonesia selalu bergantung pada negara lain untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Dalam sejarah negara Indonesia hanya pernah dua kali mencapai swasembada beras yaitu pada tahun 1984, ini menunjukan sebuah prestasi yang pernah di capai indonesia dalam mencukupi kebutuhan pangan rakyat, namun prestasi itu tidak berlangsung lama karena kebijakan pemerintah yang salah arah menyebabkan ketergantungan pangan dari impor. Sungguh ironis sebagai negara besar yang mempunyai predikat sebagai negara agraris setiap tahunnya harus mengandalkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Kewajiban untuk mencapai swasembada beras bukan hanya pada petani, akan tetapi pihak akademisi dan pemerintah juga dituntut kinerjanya untuk mengembangkan dunia pertanian. Ada banyak cara yang dapat ditempuh agar tercapai swasembada beras secara berkesinambungan.
Pemerintah tidak boleh secara sepihak membuat kebijakan, harus ada mediasi terlebih dahulu dengan pihak akademisi sebagai konsultan dan petani sebagai aktor utama agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman antar ketiganya. Swasembada beras bukanlah hal yang mustahil apabila ada keseriusan dari semua pihak bahkan kita harus mempunyai visi yang jauh kedepan bahkan kita tidak hanya dapat mewujudkan swasembada beras tetapi juga dapat menjadi negara pengekspor beras. Dengan dukungan teknologi dan infrastruktur yang ada dan dengan melihat banyak peluang maka tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai swasembada yang berkesinambungan. Dan satu hal yang perlu ditekankan sekali lagi bahwa swasembada tidak berarti apa-apa apabila petani tetap menderita dalam kemiskinan karena tujuan akhir dari swasembada adalah sejahteranya petani dan mereka mampu berdikari.
Luas lahan pertanian Indonesia keseluruhan yang sekitar 21 juta hektar hanya sama dengan luas lahan kedelai yang ada di Brasil dengan jumlah penduduk 184.101.109 jiwa yang lebih kecil dari Indonesia (231.995.992), luas sawah Indonesia sama dengan luas lahan tebu di Brasil, sementara luas ladang penggembalaan sapi di Brasil (220 juta hektar) lebih luas dari seluruh daratan di Indonesia (190 juta hektar) dan Vietnam saja yang menjadi langganan impor beras Indonesia hanya memiliki luas 329.560 km². Dengan kondisi lahan yang ada, realistiskah Indonesia harus memenuhi semua kebutuhan kita dari produksi dalam negeri.
Lalu, bagaimana dengan swasembada yang harus kita capai dengan tenggat waktu semakin dekat? Pendapat publik yang menyatakan lahan kita subur gemah ripah loh jinawi itu memang benar, tetapi itu tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan semua komoditas. Lahan subur untuk memproduksi komoditas pangan sebagian besar ada di Jawa dan saat ini keberadaannya terus menciut akibat alih fungsi lahan yang kurang terkendali. Jika tidak ada koreksi terhadap perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah akan mengorbankan lahan sawah subur 3,1 juta hektar, 1,67 juta hektar terjadi di Jawa dan Bali, sehingga kontribusi Jawa dalam produksi padi yang saat ini mencapai 60 persen dipastikan akan terganggu. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana memenuhi target swasembada beras dengan situasi alih fungsi dan kembali kompetisi penggunaan lahan yang luar biasa ini
Sementara itu di pasar dunia, harga beras impor cenderung menurun dengan pelepasan stok yang cukup besar dari negara-negara produsen. Dengan lemahnya pengawasan terhadap impor, terjadi pemasukan impor beras ilegal yang tidak terkendali dengan harga yang lebih murah dibanding Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP). Rendahnya harga beras di pasar dalam negeri dan terbatasnya kemampuan BULOG untuk menyerap kelebihan pasar (marketed surplus) mengakibatkan petani tidak lagi menikmati besarnya pendapatan yang sejalan dengan kenaikan harga-harga input produksinya. Beras impor telah menjadi penentu harga beras yang dominan. Dengan demikian, pasar yang diandalkan oleh petani adalah pengadaan BULOG. Namun BULOG sebagai institusi yang diperintahkan untuk mengamankan HDPP, mempunyai keterbatasan untuk membeli karena kecilnya penyaluran/outlet untuk beras yang ada di gudang BULOG.
Belajar dari pengalaman masa lalu, pendekatan pembangunan pertanian dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dapat ditempuh melalui pendayagunaan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing dengan merancang pembangunan pertanian yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri dan sistem agribisnis di mana pertanian, industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan, dikembangkan secara simultan dan harmonis.
Dengan perkataan lain, dengan menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) maka persoalan ekonomi Indonesia saat ini seperti pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup, akan dapat dipecahkan sekaligus dan berkelanjutan.

Senin, 07 November 2011

Pandangan terhadap Budaya Flores


Pualu Flores adalah pulau yang berada di deretan kepulauan dari Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Flores berada di Kepulauan Flores yang dikelilingi oleh Pulau Komodo, Rinca, Ende, Solor, Adonare dan Lomblem.Penduduk Flores bukan merupakan satu suku bangsa dengan satu kebudayaan yang seragam.di pulau itu ada delapan suku bangsa yang memiliki logat bahasa yang berbeda-beda. Kedelapan suku bangsa tersebut yaitu (1) Orang Manggarai; (2) Orang Riung; (3) Orang Ngada; (4) Orang Nagekeo; (5) Orang Ende; (6) Orang Lio; (7) Orang Sikka: (8) Orang Larantuka.
Kebudayaan suku bangsa tersebut paling besar adala Orang Manggarai jika dibandingkan dengan kebudayaan yang lainnya. Terutama jika dilihat dari segi fisiknya yang lebih benyak menunjukkan cirri-ciri Mongoloid-Melayu. 
Menurut sensus penduduk tahun 1930 Penduduk Flores berjumlah kurang lebih 500 ribu orang, sedangkan sensus penduduk tahun 1961 di Kepulauan Flores sendiri berjumlah dua juta orang. Hal ini menandakan bahwa Penduduk di Flores belum banyak bertambah dan diantara suku bangsa tersebut yang paling banyak penduduknya adalah di orang Manggarai yang berjumlah 250.000 jiwa. Hal ini menandakan bahwa persebaran penduduk di Pulau Flores kurang merata, mungkin karena terhalang sub-sub kebudayaan itu sendiri.
Desa-desa di Flores pada zaman dahulu biasanya dibangun di atas bukit karena untuk pertahanan. Pola perkampungannya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian depan tengah dan belakang yang semuanya berada dalam satu lingkaran desa tersebut..tetapi, pada sekarang ini susunan dari pola tersebut tidak lagi diperhatikan oleh para penduduk. Dulu tiap-tiap bagian dari rumah ada tempat-tempat keramat yang berupa timbunan batu-batu besar. Namun saying disayangkan apabila sekarang ini hanya ada satu tempat keramat dalam sebuah desa. Itupun berada di lapangan terbuka yang dekat dengan balai desa dan biasa disebut dengan mbaru gendang Karena didalamnya terdapat sebuah genderang yang keramat.
Di desa-desa itu dikelilingi dengan pagar dari bamboo yang tingginya mencapaitiga meter dan pada pagar itu ditumbuhi semak belukar yang berduri. Karena pengaruh dari luar, banyak penduduk yang membangun desa di kaki bukit dan jarang sekali adnya pagar dari bambu, bahkan desa yang berbentuk lingkaran sudah ditinggalkan oleh para penduduk.
Mata pencaharian yang utama bagi penduduk di Flores adalah tanam ladang. Sebuah keluarga yang besar memulai kegiatan ini dari membuka lahan, membersikan belukar, menebang pohon-pohon dan membakar sisia-sisa pohon. Sebagai batas lahan, mereka menggunakan potongan-potongan pohon tersebut. Karena batas antara lahan yang satu dengan yang lainnya hanya dari batang pohon yang ditancapkan hal ini sangat memungkinkan terjadinya salah paham antara keduanya.
Walaupuan Pemerintah sudah menganjurkan system irigasi sawah-sawah kepada penduduk, tapi masih banyk dari mereka yang bercocok dengan tanam lading. Mata pencaharian yang lain adalah beternak. Binatang peliharaan yang penting adalah kerbau. Tetapi kerbau di sini hanya digunakan sebagai mas kawin dalam pernikahan dan disembelih untuk upacara adapt. Padahal bila dimanfaatkan secara ekonomis akan menghasilkan pendapatan yang lebih dari lumayan. Binatang yang lainnya adalah kuda. Kuda dimanfaatkan untuk membawa bawaan dan setelah selesai hanya dilepaskan begiru saja dan apabila ingin menggunakannya lagi mereka akan mengambilnya.
Perkawinan di pedesaan manggarai biasanya terjadi akibat dari pacaran. Dalam suatu perkawinan, pihak wanita akan meminta mas kawin yang banyak dan bernilai besar. Sungguh kasihan bagi pria yang ingin meminang seorang wanita tetapi tidak mempunyai harta yang banyak. Hubungan dalam perkawinan terdapat dua pihak. Yaitu pihak pemuda sebagai penerima gadis  (anak wina) dan pihak pemudi sebagai pemberi gadis ( anak rona ). Yang mengherankan dalam suatu perkawinan di Flores adalah adanya kawin lari atau kawin rook. Yang seperti ini terjadi karena dari pihak pria tidak mau memberi mas kawin yang besar dan terlebih lagi juga priayang membawa lari si gadis tidak disetujui oleh pihak orang tua. Yang anehnya lagi pernikahan ini bisa terjadi setelah pihak orang tua setuju meskipun masih marah dan mas kawin yang diminta tidak diberikan. Dalam peristiwa seperti ini, lamaran terjadi setelah wanita di bawa lari oleh pria.
Ada juga perkawinan duluk. Perkawinan seperti ini terjadi apabila pihak pria yang ingin menikahi wanita idamannya tidak mau membayar mas kawin yang diinginkan pihak wanita. Maka terllebih dulu si pria harus bekerja untuk orang tua dari wanita idamannya untuk waktu yang tidak sebentar. Tetapi setelah pihak pria bekerja pada oran tua mempelai wanita rasanya pria itu hanya seorang yang biasanya dan dirasa akan sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarganya kelak dan munkin saja dari pihak wanita sendiri akan membatalkan pernikahan itu.
Kelompok kekerabatan di Manggari yang paling kecil dan yang berfungsi paling intensif dalam kehidupan sehari-hari adalah keluarga luas yang virilokal ( kilo ) atau orang Ngada biasa mnyebut sipopali. Sebagian besar kilo biasannya merasakan diri terikat pada patrilineal sebagai keturunan dari seorang nenek moyang kira-kira lima sampai enam generasi keatas. Suatu klen kecil atau minimal lineage di Manggarai disebut panga dan di Ngada disebut ilibhou.
Ponga dan ilibhou menjadi bagian dari klem-klen yang lebih besar, ialah wa’u di Manggarai dan woe di Ngada. Dulu wa’u dan woe membanggakan diri suatu komplek unsur-unsur adapt istiadat dan system upacara yang khas. Diantara mereka ada yang memiliki lambing binatang atautotem yang mereka junjung tinggi. Sekarang sebagian besar dari unsur-unsur adapt istiadat, upacara-upacara dan lambing-lambang totem yang khas sudah banyak hilang bahkan dilupakan.
Sejak abad ke-17, waktu kerajaan bima dari sumbawa timur, menguasai bagian utara dari Flores Barat dan pada tahun 1762 kerajaan bima mampu menguasai orang manggarai Selatan bahkan setelah bertahun-tahun Bima mampu menguasai kerajaan Manggarai asli. Kemudiaan pada awal abad ke-19 pengaru dan kekuasaan orang Bima mundur karena bencana alam yang hebat. Karena terjebak dengan bantuan Belanda yang memberikan bantuan kerajaan Manggari untuk memberontak kepada Bima maka setelah kerajaan Manggarai berhasil dikuasai kembali maka belanda dengan cepat menjadikan Manggari sebagai daerah jajahannya.
Dalam masyarakat  sub-sub suku bangsa di Flores mempunyai system stratifikasi social kuno yang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan orang kraeng yang terdiri dari para bangsawan dan orang yang mempunyai kekuasaan, lapisan orang ata lehe yaitu lapisan orang biasa seperti petani dan pedagang  dan yang terakhir adalah lapisan orang budak yaitu orang yang ditangkap dalam peperangan, orang yang mempunyai hutang dan tidak mampu membayarnya dan orang yang mendapatkan hukuman menjadi budak.
Dewasa ini pendidikan sekolah telah menimbulkan suatu lapisan social baru sperti orang-orang pegawai, guru atau pendeta. Dai inilah yang mempengaruhi system stratifikasi di daerah Flores.
Kepercayaan di Flores tdaklah sama. Sebagian orang Manggarai beragama Katholik, sebagian lagi beragama Islam, ada juga yang menganut religi manggarai asli, meskipun sebagian besar menganut Katholik dan mereka belum melepaskan adapt istiadat keagamaan yang meskipun kadang kala bertentangan dengan agama mereka masing-masing sebenarnya. Dengan beragam kepercayaan dan dongeng-dongeng religi yang mereka miliki dan itu pada dasarnya berbeda di tiap-tiap suku bangsa di Flores sangat memungkinkan dengan terjadinya konflik agama antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lainnya.
Pulau Flores mempunyai hambatan-hambatan dalam melakukan pembangunan. Adapun hambatan-hambatun itu antara lain  :
  • Tanah di Pulau Flores tidak subur, miskin akan sumber alamnya dan iklim di sana sangat kering;
  • Daerahnya masih banyak yang terisolasi dan hubungan antara masyarakatnya kurang bejalan dengan baik;
  • Adanya berbagai suku bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda;
  • Sikap mental dari para penduduk yang masih terikat penuh oleh adapt istiadat kuno.

Jumat, 04 November 2011

Tiga Generasi Memiliki Hari Kelahiran Sama - Artikel Motivasi dan Cerita Motivasi

Tiga Generasi Memiliki Hari Kelahiran Sama - Artikel Motivasi dan Cerita Motivasi

Pandangan Terhadap Budaya Jawa


Sebelum terjadi perubahan-perubahan status wilayah seperti sekarang ini, daerah Jawa meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Daerah di luar daerah itu disebut pesisir dan ujung timur. Di dalam pergaulan hidup sehari-hari mereka bebahasa jawa. Ketika mengucapkan bahasa jawa ini, mereka harus memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan berdasarkan usia maupun status sosialnya. Demikian pada prinsipnya bahasa jawa jika ditinjau dari criteria tingkatannya yaitu bahasa jawa ngoko dan karma. Bahasa jawa ngoko digunakan untuk orang yang sudah di kenal dan akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajad atau status sosialnya. Lebih khusus lagi ada bahasa ngoko lugu dan ngoko andap. Sedangkan untuk bahasa karma digunakan untuk berbicara dengan orang yang sudah akrab, tetapi yang sebaya dalam umur dan derajad dan juga terhadap orang yang lebih tinggi derajadnya.

Orang jawa banyak yang bekerja sebagai petani. Mereka menggarap dan mengolah tanah untuk menanam padi. Selain itu mereka juga menanam palawija seperti kedelai dan kacang-kacangan.
Sistem kekerabatan orang Jawa pada prinsipnya merupakan keturunan Bilateral. Pada masyarakat Jawa ada peratuan yang menyebutkan bahwa dua orang tidak boleh saling kawin apabila mereka itu saudara sekandung, apabila mereka itu adalah pacer lanang, yaitu anak dari dua orang saudara sekandung lakilaki, dan apabila mereka itu adalah misan dan achirnya apabila pihak laki-laki lebih muda menurut ibunya daripada pihak wanita. Ada macam-macam perkawinan lain yang diperbolehkan, yakni ngarang wulu serta wajuh. Perkawinan ngarang wulu adalah perkawinan seorang duda dengan seorang wanita salah satu adik almarhumah istrinya. Jadi merupakan perkawinan sororat. Sedangkan wajuh adalah perkawinan yang lebih dari seorang istri atau yang biasa disebut dengan poligami.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, orang Jawa masih membeda-bedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai negri dan kaum terpelajar dengan orang lain yang biasa disebut wong cilik seperti pekerja kasar, petani dan tukang-menukang. Kaum priyayi, keturunan bangsawan dan keluarga kraton merupakan lapisan atas, sedangkan lapisan masyarakat nawah adalah wong cilik menurut gensi-gensinya. Menurut kriteria pemelukan agama, orang Jawa membedakan antara santri dn abangan. Orang abangan adalah orang yang percaya pada agamanya sendiri, tetapi tidak mau menjalankan apa yang diperintahkan oleh agamanya tersebut. Di dala masyarakat desa juga ada lapisan masyarakat. Lapisan yang tertinggi adalah wong baku. Lapisan ini merupakan keturunan orang-orang yang dulu pertama-tama yang menetap di desa tersebut. Mereka mempunyai sawah, rumah dan tanah pekarangan. Lapisan kedua adalah kuli gandok atau lindung. Mereka adalah laki-laki yang sudah menikah, tetapi tidak mempunyai tempat tinggal sehingga harus tinggal di rumah mertuanya. Dan lapisan yang ketiga adalah joko dan sinoman atau bujangan. Mereka adalah orang yang belum menikah dan masih tinggal dengan arang tua mereka.
Agama Islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Meskipun demikaian mereka masih percaya pada roh leluhur dan mkhluk-makhluk halus seperti memedi, demit dan lelembut. Di Jawa ada upacara adat yang biasa disebut dengan selametan. Selametan ini diadakan pada waktu tertentu untuk menghindari musibah dan mengucapkan syukur dan selametan sendiri mempunyai arti suatu upacara makan bersama yang telah diberi doa seelum dibagi-bagikan dan dipimpin oleh seorang modin atau orang pegawai masjid yang mengumandangkan masjid karena dianggap mahir dalam membaca doa keselamatan dari dalam ayat-ayat Al-quran. Upacara selametan dapat digolongkan kedalam enam macam sesuai dengan peristiwa sehari-hari, yaitu  :
  1. Selametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang
  2. Selametan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah sawah dan setelah panen.
  3. Selametan yang berhubungan dengan hari-hari besar agama Islam.
  4. Selametan pada keadaan tertentu, seperti terhindar dari musibah, akan melakukan perjalanan jauh, menempati rumah baru dll.
Orang Jawa mempunyai sikap yang pasif terhadap hidup. Maka dari itu orang jawa mempunyai penghambat besar dalam pembangunan. Selain itu yang menjadi penyebab penghambat dalam pembangunan antara lain;
  1. Mentalitas orang Jawa yang selalunerima terhadap hidup.
  2. Tekanan penduduk yang telah menyebabkan penduduk di Jawa menjadi miskin.
  3. Tidak oada organisasi-organisasi asli yang telah mantap jika dimodernisasi dapat menjadi organisasi yang aktif dan kreatif.
  4. Tidak ada pemimpim yang aktif kreatif yang membawa masyarakat desa menjadi produktif.